VIDEO

VIDEO

Sabar Dalam Islam



Sabar menurut bahasa berarti menahan dan mengekang. Diantaranya disebutkan pada QS.Al-Kahfi [18]: 28 “Dan tahanlah dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan disenja hari dengan mengharap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka.” Kebalikan sabar adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah), sebagaimana didalam firman Allah QS. Ibrahim[14]: 21, “…sama saja bagi kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.”

Macam-macam Sabar Dalam al-Qur’an Aspek kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini dipahami oleh orang mengenai kata sabar. Imam al-Ghazali berkata, “Bahwa sabar itu ada dua; pertama bersifat badani (fisik), seperti menanggung beban dengan badan, berupa pukulan yang berat atau sakit yang kronis. Yang kedua adalah al-shabru al-Nafsi (kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntutan hawa nafsu. Bentuk kesabaran ini (non fisik) beraneka macam, yaitu:
a) Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat perut dan kemaluan disebut iffah
b) Jika di dalam musibah, secara singkat disebut sabar, kebalikannya adalah keluh kesah.
c) Jika sabar di dalam kondisi serba berkucukupan disebut mengendalikan nafsu, kebalikannya adalah kondisi yang disebut sombong (al-bathr)
d) Jika sabar di dalam peperangan dan pertempuran disebut syaja’ah (berani), kebalikannya adalah al-jubnu (pengecut
e) Jika sabar di dalam mengekang kemarahan disebut lemah lembut (al-hilmu), kebalikannya adalah tadzammur (emosional)
f) Jika sabar dalam menyimpan perkataan disebut katum (penyimpan rahasia)
g) Jika sabar dari kelebihan disebut zuhud, kebalikannya adalah al-hirshu (serakah)

Bentuk-Bentuk Kesabaran

1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. 

Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad. Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya’.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.

2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. 

Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dan sebagainya. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan “menyenangkan”. Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang “menyenangkan”.

3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dan sebagainya.

Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang digambarkan dalam Hadits

1. Sabar terhadap musibah.

Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu
Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda,‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)

2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah
menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.

3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.

Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)

4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan.

Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).

5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi
dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang
muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)

6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi

Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).

Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran

1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan
adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.

2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur’an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.

3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.

4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.

5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal
secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti’jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat “amalan” seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)

6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dan sebagainya.

7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia. 

Pentingnya kesabaran agama tidak akan tegak, dan dunia tidak akan bangkit kecuali dengan sabar. Sabar adalah kebutuhan duniawi keagamaan. Tidak akan tercapai kemenangan di dunia dan kebahagaiaan di akhirat kecuali dengan sabar. Al-Qur’an telah mengisyaratkan pentingnya kesabaran ini. Ketika menyinggung masalah penciptaan manusia dan cobaan penderitaan yang akan dihadapinya. Dalam surat Al-Insaan [76]: 2 “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang tercampur yang Kami hendak mengujinya )dengan perintah dan larangan)”. Pentingnya Kesabaran Bagi Orang Beriman. Sudah menjadi sunnatulah bahwa kaum muslimin harus berhadapan dengan para musuhnya yang jahat yang membuat makar dan tipu daya. Seperti Allah menciptakan Iblis untuk Adam; Namrud untuk Ibrahim; Fir’aun untuk Musa dan Abu Jahal untuk Muhammad saw. Dalam Surat al-Ankabut [29]]: 1-3 “Ali Laam Miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan; kami telah beriman, padahal mereka belum diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.

KESESATAN SYI'AH

MENGENAL ALIRAN KAUM SYIAH IMAMIYAH
_Kesesatan Latin Sejarah Umat Islam_

Syi'ah Imamiyah 12 adalah sebuah kelompok yang berpegang teguh pada keyakinan bahwa Ali adalah yang berhak mewarisi khilafah, dan bukan Abu Bakar, Umar, atau Utsman r.a. Mereka meyakini adanya 12 imam. Imam yang terakhir menurut mereka sedang menghilang, masuk dalam gua di Sammara (sebuah kota di Irak dekat sungai Tigris, arah utara dari Baghdad).

Sejarah Berdiri dan Tokoh-tokohnya

Dua belas imam yang dijadikan imam oleh dan untuk mereka adalah sebagai berikut:

Ali bin Abi Thalib r.a., digelari "Al-Murtadha," khalifah ke empat khulafaurrasyidin, menantu Rasulullah saw., dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljim di Masjid Kufah pada tanggal 17 Ramadan tahun 40 H.

Hasan bin Ali r.a., digelari "Al-Mujtaba".
Husein bin Ali r.a., digelari "Asy-Syahid" (yang mati syahid).
Ali Zainal Abidin bin Husein (80--122 H), digelari "As-Sajjad".
Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin (wafat tahun 114 H), digelari "Baqir".

Jafar Shadiq bin Mohammad Baqir (wafat tahun 148 H), digelari "As-Shadiq" (sejati).

Musa Kadzim bin Jafar Shadiq (wafat tahun 183 H), digelari "Kadzim" (yang mampu menahan diri).

Ali Ridha bin Musa Kadzim (wafat tahun 203 H), digelari "Ridha".
Muhammad Jawwad bin Ali Ridha (195--226 H), digelari "Taqy" (yang banyak takwa).

Ali Hadi bin Muhammad Jawwad (212--254 H), digelari "Naqy" (suci bersih).

Hasan Askari bin Ali Hadi (232--260 H), digelari "Zaky"(yang suci).
Muhammad Mahdi bin Muhammad al-Askari yang digelari "Imam Muntadhar" (imam yang dinantikan).

Mereka meyakini bahwa imam yang kedua belas telah masuk ke dalam gua.

Secara historis, di antara tokoh-tokohnya yang menonjol ialah Abdullah bin Saba, seorang Yahudi dari Yaman, yang berpura-pura memeluk Islam. Ditransfernya apa-apa yang ditemukannya dalam ide-ide Yahudi kepada Syi'ah, seperti Raj'ah (munculnya kembali imam), tidak mati, menjadi raja di bumi, berkemampuan untuk melakukan sesuatu yang tak ada seorang pun yang mampu melakukannya, mengetahui apa yang tidak diketahui orang, ditetapkan sifat berpermulaan dan sifat lalai bagi Allah. Adalah Abdullah bin Saba yang pernah berkata ketika ia masih menganut agama Yahudi, bahwa Yusa bin Nun telah mendapat wasiat dari Musa a.s., sebagaimana di dalam Islam, bahwa Ali r.a. juga telah mendapat wasiat dari Muhammad saw.

Abdullah bin Saba telah berpindah dari Madinah ke Mesir, Kufah, Fusthath, dan Basrah, kemudian berkata kepada Ali r.a., "Engkau, engkau!" dengan maksud engkaulah Allah. Sesuatu yang mendorong Ali r.a. memutuskan diri untuk membunuhnya, tetapi Abdullah bin Abbas r.a. menasihatinya agar keputusan itu tidak dilaksanakan. Kemudian, tokoh itu dibuang ke Madain.

Mansyur Ahmad bin Abi Thalib al-Thabrassyi, wafat tahun 588 H, pengarang buku Al-Ihtijaj (Sebelum Protes, dicetak di Irak tahun 1302 H).

Kulainy, pengarang kitab Al-Kafi, dicetak di Iran pada tahun 1278 H. Buku tersebut di kalangan mereka setara dengan kitab Shahih Bukhari di kalangan Ahli Sunnah. Diyakininya bahwa di dalam kitab itu terdapat 16199 buah hadis. Hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah saw. kira-kira 6000 buah hadis. Di dalam kitab itu banyak terdapat hal-hal khurafat dan palsu.

Haj Mirza Husein bin Muhammad Taqi an-Nuri at-Thabrasyi, wafat tahun 1320 H, dimakamkan di pemakaman syuhada pilihan di Nejev, pengarang buku Fashl Khitab fi Ishbati Tahrifil Kitab Rab al-Arbab. Di dalam buku ini diyakininya bahwa Alquran yang ada sekarang ini banyak ditambah-tambahi dan dikurangi, antara lain, kata mereka di dalam surah Insyirah dikurangi kalimat, "Dan kami jadikan Ali menantumu." Naudzu billah! . Buku tersebut telah dicetak di Iran pada tahun 1289 H.

Ayatullah al-Mamaqani, pengarang buku Tanqih al-Maqal fi Ahwali ar-Rijal. Tokoh ini menurut mereka adalah dedengkotnya Jarh Wat Ta'dil (sebuah pembahasan dalam ilmu mustalahul hadis yang mempelajari sejarah hidup dan perilaku perawi-perawi hadis untuk menilai hadis yang diriwayatkannya). Di dalam buku tersebut terdapat sesuatu yang menggelari Abu Bakar dan Umar r.a. dengan gelar "tukang sihir/dukun dan tagut". Silakan periksa buku itu juz I h. 207 cetakan tahun 1352 H, percetakan Murtadhawiyah di Nejev.

Abu Jafar al-Tusyi, pengarang buku Tahdzib al-Ahkam dan Muhammad bin Murtadha yang dipanggil dengan Mala Muhsin al-Kasyi, pengarang buku Al-Wafi dan Muhammad bin Hasan Hur 'Amily, pengarang buku Wasail Syi'ah ila Ahadis asy-Syari'ah dan Muhammad Baqir bin Syekh Muhammad Taqy, yang dikenal dengan "Al-Majlisi", pengarang buku Biharul Anwar fi Ahadis an-Nabi wal-Aimmah al-Athhar dan Fathullah al-Kasyani, pengarang buku Manhaj ash-Shadiqin dan Ibnu Abi Hadid, pengarang buku Syarah Nahjul Balaghah.

Ayatullah Khomaini, salah satu tokoh Syi'ah kontemporer, pemimpin revolusi Syi'ah Iran. Ia yang mengendalikan rol pemerintahan. Ia mengarang buku Kasyful Asror dan Pemerintahan Islam. Walaupun ia menyatakan tentang ide wilayatul faqih, dan menjunjung tinggi slogan-slogan Islam secara umum pada awal revolusi, ternyata ia masih menanamkan akar-akar Syi'ah fanatik yang sempit, yang mengendalikan negara dan membawa kepada sebuah peperangan yang kejam dengan tetangganya sendiri, Irak.

Pemikiran dan Diktrin-doktrinnya

Imamah: Harus dengan Tekstual

Imam terdahulu harus menentukan imam penggantinya secara tekstual dan langsung ditunjuk orangnya, bukan dengan bahasa isyarat. Imamah sesuatu yang sangat penting, yang tidak boleh terpisahkan antara Rasulullah saw. dengan umat. Dan, tidak boleh dibiarkan masing-masing orang menyampaikan pendapatnya tentang imamah, justru harus ditentukan seseorang yang menjadi tempat bertanya dan rujukan. Mereka berdalil bahwa dalam imamah Rasulullah saw. telah menentukan Ali bin Abi Thalib r.a. menjadi imam setelah beliau secara tekstual yang nyata pada hari "Ghadir Kham" (sebuah hari besar bagi Syi'ah yang dianggap lebih agung daripada hari raya Fitri dan Adha, jatuh pada tanggal 18 Zulhijah. Berpuasa pada hari itu menurut mereka sunah muakad).

Diyakininya bahwa Ali r.a. juga telah menentukan kedua putranya, Hasan dan Husein, secara tekstual, dan begitu seterusnya bahwa setiap imam menentukan imam berikutnya dengan wasiat daripadanya. Mereka itu disebut "Aushiya'" (penerima wasiat).

Ishmah

Setiap imam terpelihara (ma'shum) dari segala kesalahan, kelalaian, dan dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil.

Ilmu

Setiap imam dititipi ilmu dari Rasulullah saw. untuk menyempurnakan syariat Islam. Imam memiliki ilmu laduni. Tak ada perbedaan antara imam dengan Rasulullah saw. Yang membedakan adalah bahwa Rasulullah saw. mendapat wahyu. Rasulullah saw. telah menitipkan kepada mereka rahasia-rahasia syariat Islam agar mereka mampu memberikan penjelasan kepada manusia sesuai dengan kebutuhan zamannya.

Sesuatu yang Luar Biasa

Peristiwa yang luar biasa boleh terjadi pada diri imam, itu disebut "mukjizat". Jika tidak ada satu teks tertulis dari imam sebelumnya, dalam kondisi seperti itu, penentuan imam harus berlangsung dengan sesuatu yang luar biasa.

Al-Gaibah (Menghilang)

Diyakininya bahwa zaman tidak pernah kosong dari sebuah argumentasi yang membuktikan adanya Allah, baik secara logika maupun secara hukum. Sebagai konsekuensi logisnya bahwa imam yang ke-12 telah menghilang di sebuah gua (dalam rumahnya). Diyakininya pula bahwa imam tersebut memiliki gaibah shugra (menghilang untuk sementara) dan gaibah kubra (menghilang untuk selamanya). Ini adalah salah satu mitos mereka.

Raj'ah (Muncul Kembali)

Diyakininya, bahwa Imam Hasan al-Askari akan datang kembali pada akhir zaman ketika Allah mengutusnya untuk tampil. Oleh sebab itu, setiap malam setelah salat magrib mereka berdiri di depan pintu gua itu, dan mereka telah menyediakan sebuah kendaraan, kemudian mereka pergi, dan mengulangi perbuatannya itu pada malam berikutnya. Mereka berkata bahwa ketika kembali imam itu akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana bumi sedang dibanjiri oleh kekejaman dan kezaliman. Ia akan melacak lawan-lawan Syi'ah sepanjang sejarah. Syi'ah Imamiah ini benar-benar berkata bahwa imam itu pasti akan datang kembali, bahkan sebagian sekte-sekte Syi'ah yang lainnya menyatakan bahwa sebagian mereka yang mati pun akan datang kembali.

Taqiyah (Siasat Memelihara Diri)

Mereka menganggap bahwa taqiyah adalah salah satu pokok ajaran agama. Barangsiapa yang meninggalkan taqiyah, sama hukumnya dengan meninggalkan salat. Taqiyah adalah suatu kewajiban yang tidak boleh dihapuskan, sampai yang berwenang tampil, barangsiapa yang meninggalkannya sebelum ia tampil, ia telah keluar dari agama Allah dan dari agama imamiah. Mereka mengambil dalil dari firman Allah, "Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka." (Ali Imran: 28).

Doktrin taqiyah juga dihubung-hubungkan dengan Abu Jafar, imam yang kelima dengan ucapannya, "Taqiyah adalah agamaku dan agama nenek moyangku. Tak ada imannya seseorang yang tidak memiliki taqiyah." Diperluasnya pemahaman taqiyah itu sampai pada batas dusta dan haram.

Mut'ah

Mereka memandang bahwa memut'ah wanita adalah adat yang terbaik dan pengorbanan yang paling afdal. Mereka mengambil dalil, "Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban." (An-Nisaa': 24).

Padahal, Islam telah mengharamkan sistem perkawinan tersebut: suatu perkawinan yang persyaratannya dibatasi dengan waktu tertentu, yang menurut Ahli Sunnah syaratnya harus menghadirkan niat untuk mengekalkannya (kawin seterusnya, bukan kawin kontrak). Kawin mut'ah mempunyai banyak dampak negatif di tengah-tengah masyarakat.

Mereka juga meyakini ada mushhaf versi mereka, yang namanya Mushhaf Fathimah. Dalam bukunya, Al-Kafi, h. 57, cetakan tahun 1278 H, Kulainy meriwayatkan dari Abi Basyir, yakni Jafar Shadiq, "Bahwasanya kami mempunyai Mushhaf Fathimah r.a. Kataku, 'Apa itu Mushhaf Fathimah?' Ia berkata, 'Sebuah Mushhaf yang isinya seperti Alquran kalian 3 kali, demi Allah, tidak ada satu huruf pun isinya dari Alquran kalian'."

Lepas Tangan

Mereka lepas tangan dari ketiga orang khalifah Rasulullah saw.: Abu Bakar, Umar dan Utsman r.a., dan memberi mereka sifat-sifat yang tercela. Sebab, menurut keyakinan mereka, ketiga orang khalifah itu telah merampas khilafah dari orang yang paling berhak untuk menerimanya. Mereka juga melaknat Abu Bakar dan Umar r.a. dalam mengawali segala amal perbuatan yang baik, sebagai ganti dari membaca "basmalah". Mereka juga tidak segan-segan melaknat sebagian besar para sahabat Rasulullah saw., dan tidak ketinggalan pula melaknat dan menghina Umul Mukminin Aisyah r.a.

Berlebihan

Sebagian mereka sangat berlebihan dalam menokohkan Ali r.a., bahkan ada yang mengangkatnya sampai pada derajat "Tuhan" seperti sekte "Sabaisme". Sebagian mereka ada yang berpendapat bahwa Jibril telah keliru dalam menyampaikan risalah, lalu diturunkannya kepada Muhammad saw. sebagai ganti dari Ali r.a., sebab Ali itu hampir serupa dengan Rasulullah saw., seperti serupanya seekor beo dengan beo yang lain. Oleh sebab itu, yang berkeyakinan seperti itu disebut "Ghuraibah" (Beoisme).

Hari Besar Ghadir Kham

Yaitu, hari raya mereka yang jatuh pada tanggal 18 Zulhijah. Kata mereka bahwa hari ini lebih mulia daripada Iduladha dan Idulfitri. Hari itu disebut hari raya agung (akbar). Mereka beranggapan berpuasa pada hari itu hukumnya sunah muakad. Pada hari itu, menurut pengakuan mereka, Rasulullah saw. telah memberi wasiat tentang khalifah kepada Ali r.a. untuk menggantikan beliau.

Diagungkannya hari "Nairuz", yaitu hari tahun barunya bangsa Persia. Sebagian mereka ada yang berpendapat bahwa mandi pada hari itu adalah sunah.

Mereka juga mempunyai hari agung yang diselenggarakan pada tanggal 9 Rabiulawal, yaitu hari raya "bapak" mereka "Babak Syuja'uddin", sebuah gelar bagi "Abu Lu'lu'ah al-Majusi" yang telah membunuh Umar bin Khattab r.a.

Diselenggarkannya pesta-pesta hiburan, kematian, kesedihan, berfoto-foto, dan menepuk dada, dan perbuatan-perbuatan terlarang lainnya yang dipentaskan oleh mereka pada 10 hari pertama bulan Muharam, dengan keyakinan bahwa itu semua dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, menghapuskan dosa dan kesalahan mereka. Barang siapa yang menyaksikan mereka pada pameran suci di Karbela, Nejev, dan Qum, pasti akan melihat sesuatu yang aneh-aneh.

Akar Pemikiran dan Sifat Idiologinya

Sebagian mereka ada yang memulangkan asal-usul Syi'ah kepada peristiwa Perang Jamal. Sebagian lagi ada yang mengembalikannya kepada sejarah terbunuhnya Utsman, dan ada lagi yang berpendapat bahwa Syi'ah dimulai sejak peristiwa Perang Shiffien.

Asal-usul timbulnya Syi'ah adalah sebagai akibat dari pengaruh keyakinan-keyakinan orang Persia yang menganut agama raja dan warisan nenek moyang. Orang-orang Persia telah mempunyai andil besar dalam proses pertumbuhan Syi'ah untuk membalas dendam terhadap Islam yang telah menghancur-luluhkan kekuatan mereka dengan mengatasnamakan Islam sendiri.

Ide Syi'ah bercampur aduk dengan ide-ide yang datang dari keyakinan-keyakinan di Asia, seperti Budhisme, Manaisme, Brahmaisme, dan mereka-mereka yang berkeyakinan kepada reinkarnasi dan Pantheisme. Syi'ah mengadopsi ide-idenya dari Yahudisme yang telah membawa tapak-tapak berhalaisme Asyurisme dan Babilisme.

Pendapat mereka tentang Ali r.a., para imam, dan ahlul bait (keluarga Rasulullah saw.) mendapatkan titik temu dengan pendapat orang-orang Kristen tentang Isa a.s. (Yesus Kristus). Orang-orang Syi'ah hampir mirip dengan orang-orang Kristen dalam memperingati hari-hari besar, memperbanyak gambar dan patung, dan membuat-buat sesuatu yang luar biasa dan mengembalikannya kepada imam.

Tempat Tersiar dan Kawasan Pengaruhnya

Sekte Syi'ah Imamiah Dua Belas dewasa ini tersebar di Iran, dan berpusat di negara ini. Sebagian mereka banyak pula di Irak. Keberadaan mereka terbentang luas sampai ke Pakistan. Di samping itu, mereka juga mempunyai sekte di Libanon. Adapun di Siria jumlahnya sedikit, tetapi mempunyai hubungan yang kuat dengan Nushairiyah yang juga termasuk Syi'ah yang ekstrem

TANDA-TANDA KIAMAT

Hudzaifah bin As-yad al-Ghifary
berkata, sewaktu kami sedang
berbincang, tiba-tiba datang Nabi
Muhammad s.a.w. kepada kami
lalu bertanya, "Apakah yang kamu
semua sedang bincangkan.?"Lalu
kami menjawab, "Kami sedang
membincangkan tentang hari
Kiamat." Sabda Rasulullah s.a.w.
"Sesungguhnya kiamat itu tidak
akan terjadi sebelum kamu melihat
sepuluh tanda :-
· Asap
· Dajjal
· Binatang melata di bumi
· Terbitnya matahari sebelah
barat
· Turunnya Nabi Isa a.s.
· Keluarnya Yakjuj dan Makjuj
· Gerhana di timur
· Gerhana di barat
· Gerhana di jazirah Arab
· Keluarnya api dari kota Yaman
menghalau manusia ke tempat
pengiringan mereka.
Dajjal maksudnya ialah bahaya
besar yang tidak ada bahaya
sepertinya sejak Nabi Adam a.s.
sampai hari kiamat. Dajjal boleh
membuat apa sahaja perkara-
perkara yang luar biasa. Dia akan
mendakwa dirinya Tuhan, sebelah
matanya buta dan di antara kedua
matanya tertulis perkataan 'Ini
adalah orang kafir'.
Asap akan memenuhi timur dan
barat, ia akan berlaku selama 40
hari. Apabila orang yang beriman
terkena asap itu, ia akan bersin
seperti terkena selsema, sementara
orang kafir pula keadaannya seperti
orang mabuk, asap akan keluar dari
hidung, telinga dan dubur mereka.
Binatang melata yang dikenali
sebagai Dabatul Ard ini akan keluar
di kota Mekah dekat gunung Shafa,
ia akan berbicara dengan kata-kata
yang fasih dan jelas. Dabatul Ard
ini akan membawa tongkat Nabi
Musa a.s.dan cincin Nabi Sulaiman
a.s.
Apabila binatang ini memukulkan
tongkatnya ke dahi orang yang
beriman, maka akan tertulislah di
dahi orang itu 'Ini adalah orang
yang beriman'. Apabila tongkat itu
dipukul ke dahi orang yang kafir,
maka akan tertulislah 'Ini adalah
orang kafir'.
Turunnya Nabi Isa. a.s. di negeri
Syam di menara putih, beliau akan
membunuh dajjal. Kemudian Nabi
Isa a.s. akan menjalankan syariat
Nabi Muhammad s.a.w.
Yakjuj dan Makjuj pula akan keluar,
mereka ini merupakan dua
golongan. Satu golongan kecil dan
satu lagi golongan besar. Yakjuj dan
Makjuj itu kini berada di belakang
bendungan yang dibangunkan oleh
Iskandar Zulqarnain. Apabila
keluarnya mereka ini, bilangannya
tidak terhitung banyaknya, sehingga
kalau air laut Thahatiah diminum
nescaya tidak akan tinggal walau
pun setitik.
Nabi Muhammad s.a.w. telah
bersabda, " Hari kiamat itu
mempunyai tanda, bermulanya
dengan tidak laris jualan di
pasar, sedikit sahaja hujan dan
begitu juga dengan tumbuh-
tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi
di merata-rata, memakan riba,
banyaknya anak-anak zina,
orang kaya diagung-agungkan,
orang-orang fasik akan bersuara
lantang di masjid, para ahli
mungkar lebih banyak menonjol
dari ahli haq"
Berkata Ali bin Abi Talib, Akan
datang di suatu masa di mana Islam
itu hanya akan tinggal namanya
sahaja, agama hanya bentuk sahaja,
Al-Quran hanya dijadikan bacaan
sahaja, mereka mendirikan masjid,
sedangkan masjid itu sunyi dari
zikir menyebut Asma Allah. Orang-
orang yang paling buruk pada
zaman itu ialah para ulama, dari
mereka akan timbul fitnah dan
fitnah itu akan kembali kepada
mereka juga. Dan kesemua yang
tersebut adalah tanda-tanda hari
kiamat."
Sabda Nabi Muhammad s.a.w. ,
"Apabila harta orang kafir yang
dihalalkan tanpa perang yang
dijadikan pembahagian bergilir,
amanat dijadikan seperti harta
rampasan, zakat dijadikan
seperti pinjaman, belajar lain
daripada agama, orang lelaki
taat kepada isterinya,
menderhakai ibunya, lebih rapat
dengan teman dan menjauhkan
ayahnya, suara-suara lantang
dalam masjid, pemimpin kaum
dipilih dari orang yang fasik,
oarng dimuliakan kerana
ditakuti akan tindakan jahat dan
aniayanya dan bukan kerana
takutkan Allah, maka kesemua
itu adalah tanda-tanda kiamat.

GHIBAH

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam bersabda,“Tahukah kalian apa itu ghibah?”
Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya lebih tahu.”
Kemudian beliau shallahu’alaihi wasallam
bersabda, “Engkau menyebut-nyebut
saudaramu tentang sesuatu yang ia
benci.”
Kemudian ada yang bertanya, “Bagaimana
menurutmu jika sesuatu yang aku sebutkan
tersebut nyata-nyata apa pada saudaraku?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab , “Jika memang apa yang engkau
ceritakan tersebut ada pada dirinya itulah
yang namanya ghibah, namun jika tidak
berarti engkau telah berdusta atas
namanya.” (HR Muslim 2589 Bab: Al-Bir
Wash Shilah Wal Adab)
Pelajaran Penting
Syaikh Abdullah al Bassam rahimahullah
dalam kitab beliau Taudhihul Ahkam Min
Bulughil Maram(IV/599, Kairo) menjelaskan
poin-poin penting yang bisa diambil dari
hadits diatas:
Definisi Ghibah
Nabi shallallhu’alaihi wasallam menjelaskan
makna ghibah dengan menyebut-nyebut
saudaramu dengan sesuatu yang ia benci, baik
tentang fisiknya maupun sifat-sifatnya. Maka
setiap kalimat yang engkau ucapkan
sementara saudaramu membenci jika tahu
engkau mengatakan demikian maka itulah
ghibah. Baik dia orang tua maupun anak
muda, akan tetapi kadar dosa yang
ditanggung tiap orang berbeda-beda sesuai
dengan apa yang dia ucapkan meskipun pada
kenyataannya sifat tersebut ada pada dirinya.
Adapun jika sesuatu yagn engkau sebutkan
ternyata tidak ada pada diri saudaramu
berarti engkau telah melakukan dua kejelekan
sekaligus: ghibah dan buhtan (dusta) .
Nawawiy rahimahullah mengatakan, “Ghibah
berarti seseorang menyebut-nyebut sesuatu
yang dibenci saudaranya baik tentang
tubuhnya, agamanya, duniannya, jiwanya,
akhlaknya,hartanya, anak-anaknya,istri-
istrinya, pembantunya, gerakannya, mimik
bicarnya atau kemuraman wajahnya dan yang
lainnya yang bersifat mngejek baik dengan
ucapan maupun isyarat.”
Beliau rahimahullah melanjutkan, “Termasuk
ghibah adalah ucapan sindiran terhadap
perkataan para penulis (kitab) contohnya
kalimat: ‘Barangsiapa yang mengaku berilmu’
atau ucapan ‘sebagian orang yang mengaku
telah melakukan kebaikan’. Contoh yang lain
adalah perkataa berikut yang mereka
lontarkan sebagai sindiran, “Semoga Allah
mengampuni kami”, “Semoga Allah menerima
taubat kami”, “Kita memohon kepada Allah
keselamatan”.
Ibnul Mundzir rahimahullah berkata, “Sabda
Nabi shalallahu’alaihi wasalla,"engkau meneybut-nyebut saudaramu".ini
merupakan dalil bahwa larangan ghibah
hanya berlaku bagi sesama saudara (muslim)
tidak ada ghibah yang haram untuk orang
yahudi, nashrani dan semua agama yang
menyimpang, demikian juga orang yang
dikeluarkan dari islam (murtad) karena bid’ah
yang ia perbuat.”
Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Para
ulama telah sepakat bahwasanya ghibah
termasuk dosa besar . Mereka berdalil dengan
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan
kehormatan kalian adalah haram atas
(sesama) kalian”.( HR Muslim 3179, Syarh
Nawai ‘ala Muslim)
*Ghibah yang Diperbolehkan*
An-Nawawi rahimahullah setelah menjelaskan
makna ghibah beliau berkata, “Akan tetapi
ghibah itu diperbolehkan oleh syar’iat
pada enam perkara:
1. Kedzoliman, diperbolehkan bagi orang
yang terdzolimi menngadukan
kedzoliman kepada penguasa atau
hakim yang berkuasa yang memiliki
kekuatan untuk mengadili perbuatan
tersebut. Sehingga diperbolehkan
mengatakan,”Si Fulan telah mendzalimi
diriku”atau “Dia telah berbuat
demikian kepadaku.”
2. Meminta bantun untuk menghilangkan
kemungkaran dan mengembalikan
pelaku maksiat kepada kebenaran.
Maka seseorang diperbolehkan
mengatakan, “Fulan telah berbuat
demikian maka cegahlah dia!”
3. Meminta fatwa kepada mufti (pemberi
fatwa) dengan mengatakan:”Si
Fulan telah mendzolimi diriku atau
bapakku telah mendzalimi diriku atau
saudaraku atau suamiku, apa yang
pantas ia peroleh? Dan apa yang harus
saya perbuat agar terbebas darinya
dan mampu mencegah perbuatan
buruknya kepadaku?”
Atau ungkapan semisalnya. Hal ini
diperbolehkan karena ada kebutuhan.
Dan yang lebih baik hendaknya
pertanyaan tersebut diungkapkan
dengan ungkapan global, contohnya:
“Seseorang telah berbuat demikian
kepadaku” atau “Seorang suami telah
berbuat dzalim kepaada istrinya” atau
“Seorang anak telah berbuat demikian”
dan sebagainya.
Meskipun demkian menyebut nama
person tertentu diperbolehkan,
sebagaimana hadits Hindun ketika
beliau mengadukan (suaminya)kepada
Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam,
“Sesungguhnya Abu Sufyan adalah
orang yang sangat pelit.”(al-hadist)
4. Memperingatkan kaum muslimin dari
kejelekan, contohnya memperingatkan
kaum muslimin dari perowi-perowi
cacat supaya tidak diambil hadits
ataupun persaksian darinya,
memperingatkan dari para penulis
buku (yang penuh syubhat).
Menyebutkan kejelekan mereka
diperbolehkan secara ijma’ bahkan
terkadang hukumnya menjadi wajib
demi menjaga kemurnian syari’at.
5. Ghibah terhadap orang yang melakukan
kefasikan atau bid’ah secara terang-
terangnan seperti menggunjing orang
yang suka minum minuman keras,
melakukan perdagangan manusia,
menarik pajak dan perbuatan maksiat
lainnya. Diperbolehkan
menyebutkannya dalam rangka
menghindarkan masyarakat dari
kejelekannya.
6. Menyebut identitas seseorang yaitu
ketika seseorang telah kondang dengan
gelar tersebut. Seperti si buta, si
pincang, si buta lagi pendek, si buta
sebelah, si buntung maka
diperbolehkan menyebutkan nama-
nama tersebut sebagai identitas diri
seseorang. Hukumnya haram jika
digunakan untuk mencela dan
menyebut kekurangan orang lain.
Namun lebih baik jika tetap
menggunakan kata yang baik sebagai
panggilan, Allahu A’lam. ( Syarhun
Nawawi ‘ala Muslim , Hal.400).

WASIAT AL-GHAZALI

Suatu hari, Imam Al Ghazali
berkumpul dengan murid-
muridnya. Lalu sang Imam
bertanya:
1. “Apa yang PALING DEKAT
dengan diri kita di dunia ini ?”.
Murid-muridnya menjawab:
“Orang tua, guru, kawan dan
sahabatnya”.
Imam Ghazali menjelaskan,
“Semua jawaban itu benar. Tapi
yang paling dekat dengan kita
adalah “MATI”.
Sebab itu memang janji Allah
SWT bahwa dalam Surah Ali
'Imran ayat 185
“Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam
syurga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan”.
Maut bisa datang menjemputmu
sewaktu-waktu tanpa kita tahu,
dimanapun kamu bersembunyi,
maut tetap akan datang
menghampirimu tanpa kamu
tahu kapan itu terjadi. Tapi ingat
pula sabda Rasululloh
saw :“Janganlah kamu takut mati
karena pasti terjadi, janganlah
kamu minta mati datang
kepadamu dan janganlah kamu
berbuat yang mendekatkan
dirimu dengan mati”.
Lalu Imam Ghazali meneruskan
dengan pertanyaan yang kedua
2. “Apa yang PALING JAUH dari
diri kita di dunia ini ?”.
Murid-muridnya menjawab:
“Negeri Cina, bulan, matahari
dan bintang-gemintang”.
Lalu Imam Ghazali menjelaskan
bahwa semua jawaban itu benar.
Tapi yang paling benar adalah
“MASA LALU”.
Walau dengan cara apapun kita
tidak pernah akan dapat kembali
ke masa lalu. Oleh sebab itu
kamu harus menjaga hari ini
dan hari-hari yang akan datang
menjadi lebih baik dari hari
sebelumnya dan isi dengan
beribadah kepada Allah SWT dan
berbuatlah baik kepada sesama
manusia agar kamu selamat.
3. “Apa yang PALING BESAR di
dunia ini ?”.
Murid-muridnya menjawab:
“Gunung, bumi, matahari”.
Lalu Imam Ghazali menjelaskan
bahwa semua jawaban itu benar.
Tapi yang paling benar adalah
“NAFSU”
Firman Allah SWT dalam Surah
Al A'raf ayat 179,
“Dan sesungguhnya Kami jadikan
untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai
telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah).
Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi”.
Kemarahan, perzinahan,
pencurian, perkelahian,
peperangan dan pembunuhan,
semua dimulai dari “nafsu” yang
tidak terkendali. Oleh karena itu
berhat-hatilah dengan nafsu-mu,
jangan sampai nafsu membawa
kamu ke neraka.
4. “Apa yang PALING BERAT di
dunia ini ?”
Murid-muridnya menjawab:
“Besi, gajah”.
Semua jawaban itu benar. Tapi
yang paling berat adalah
“MEMEGANG AMANAH”
Firman Alloh SWT dalam surah
Al Ahzab:72.
”Tumbuh-tumbuhan, binatang,
gunung dan malaikat semua tidak
mampu ketika Allah SWT meminta
mereka untuk menjadi khalifah
(pemimpin) di dunia ini. Tetapi
manusia dengan sombongnya
menyanggupi permintaan Allah
tsb, sehingga banyak dari
manusia masuk ke neraka karena
tidak dapat memegang
amanahnya.”
Memegang amanah itu berat, dan
siapa yang berkhianat dan tidak
memegang amanah, ialah orang
munafik.
5. “Apa yang PALING RINGAN
di dunia ?”
Ada yang menjawab: “Kapas,
angin, debu dan dedaunan”.
Semua itu benar, kata Imam
Ghazali, tapi yang paling ringan
di dunia ini adalah
“MENINGGALKAN SHALAT”.
Gara-gara cinta kepada lawan
jenis, cinta kepada dunia
(kekayaan), keluarga, pekerjaan
kamu dengan ringan
meninggalkan sholat, gara-gara
bermusyawarah kamu dengan
ringan meninggalkan shalat.
6. “Apakah yang PALING TAJAM
di dunia ?”.
Murid-muridnya menjawab
serentak: “Pedang !”.
Imam Ghazali membenarkan,
tapi yang paling tajam adalah
“LIDAH MANUSIA”.
Karena melalui lidahnya,
manusia bisa melukai dan
menyakiti hati saudara dan
tetangganya sendiri. Luka akibat
pedang masih bisa diobati, tapi
luka kerena lidah kemana obat
akan dicari.
*Wasiat Terakhir Imam Al-Ghazali*
Imam Ghazali terbangun pada dini
hari dan sebagaimana biasanya
melakukan shalat dan kemudian
beliau bertanya pada adiknya, “Hari
apakah sekarang ini?”
Adiknya pun menjawab, “Hari
senin.”
Beliau kemudian memintanya untuk
mengambilkan sajadah putihnya,
lalu beliau menciumnya,
Menggelarnya dan kemudian
berbaring diatasnya s…ambil
berkata lirih, “Ya Allah, hamba
mematuhi perintahMu,”
… dan beliau pun menghembuskan
nafas terakhirnya.Di bawah
bantalnya mereka menemukan bait-
bait berikut, ditulis oleh Al-Ghazali
ra., barangkali pada malam
sebelumnya.
“Katakan pada para sahabatku,
ketika mereka melihatku, mati
Menangis untukku dan berduka
bagiku
Janganlah mengira bahwa jasad
yang kau lihat ini adalah aku
Dengan nama Allah, kukatakan
padamu, ini bukanlah aku,
Aku adalah jiwa, sedangkan ini
hanyalah seonggok daging
Ini hanyalah rumah dan pakaian ku
sementara waktu.
Aku adalah harta karun, jimat yang
tersembunyi,
Dibentuk oleh debu ,yang menjadi
singgasanaku,
Aku adalah mutiara, yang telah
meninggalkan rumahnya,
Aku adalah burung, dan badan ini
hanyalah sangkar ku
Dan kini aku lanjut terbang dan
badan ini kutinggal sbg kenangan
Puji Tuhan, yang telah
membebaskan aku
Dan menyiapkan aku tempat di
surga tertinggi,
Hingga hari ini , aku sebelumnya
mati, meskipun hidup diantara mu.
Kini aku hidup dalam kebenaran,
dan pakaian kubur ku telah
ditanggalkan.
Kini aku berbicara dengan para
malaikat diatas,
Tanpa hijab, aku bertemu muka
dengan Tuhanku.
Aku melihat Lauh Mahfuz, dan
didalamnya ku membaca
Apa yang telah, sedang dan akan
terjadi.
Biarlah rumahku runtuh, baringkan
sangkarku di tanah,
Buanglah sang jimat, itu hanyalah
sebuah kenang2an, tidak lebih
Sampingkan jubahku, itu hanyalah
baju luar ku,
Letakkan semua itu dalam kubur,
biarkanlah terlupakan
Aku telah melanjutkan perjalananku
dan kalian semua tertinggal.
Rumah kalian bukanlah tempat ku
lagi.
Janganlah berpikir bahwa mati
adalah kematian, tapi itu adalah
kehidupan,
Kehidupan yang melampaui semua
mimpi kita disini,
Di kehidupan ini, kita diberikan
tidur,
Kematian adalah tidur, tidur yang
diperpanjang
Janganlah takut ketika mati itu
mendekat,
Itu hanyalah keberangkatan menuju
rumah yang terberkati ini
Ingatlah akan ampunan dan cinta
Tuhanmu,
Bersyukurlah pada KaruniaNya dan
datanglah tanpa takut.
Aku yang sekarang ini, kau pun
dapat menjadi
Karena aku tahu kau dan aku
adalah sama
Jiwa-jiwa yang datang dari
Tuhannya
Badan badan yang berasal sama
Baik atapun jahat, semua adalah
milik kita
Aku sampaikan pada kalian
sekarang pesan yang
menggembirakan
Semoga kedamaian dan
kegembiraan Allah menjadi milikmu
selamanya.

# 10 Wasiat Beliau#

1. Dunia ini laksana api yang akan
membakar siapa saja yang coba
memegangnya. Kerana itu
gunakanlah api pada malam hari
saja,yang berarti jadikanlah
tempat untuk mencari tapak
syurga.
2. Dunia hanya jambatan kecil untuk
menuju kehidupan besar yang kekal
abadi. Kerana itu jangan rusakkan
jambatan itu dengan keperluan
dunia yang berlebihan sehingga
jambatan itu rusak.
3. Sibuklah berfikir tentang dirimu
sendiri sehingga tiada kesempatan
untuk berfikir tentang orang lain.
4. Pandang ringanlah dunia ini agar ia
bersifat pemurah.
5. Berjuanglah dijalan Allah supaya
malaikat memberi penghormatan
atas kematianmu nanti.
6. Berjemaahlah bersama kawan
muslimin di dunia agar beroleh
teman semasa perbicaraan di
mahkamah.
7. Tataplah anak-anakmu baik-baik
kerana mereka merupakan titipan
Allah s.w.t kepadamu untuk
menguji sifat amanah dan
kepimpinanmu.
8. Sebelu tidur ingatlah bahwa esok
belum tentu boleh bangun lagi.
9. MATI pasti akan tiba. Ingatlah
bahwa esok lusa kamu akan mati
dan akan menjadi mangsa cacing
tanah.
10. Selepas bangun dari tidur,
bersyukurlah karena Allah
memanjangkan usia dan memberi
kesempatan sekali lagi untuk kita
sadar.