VIDEO

VIDEO
Tampilkan postingan dengan label KAJIAN KITAB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KAJIAN KITAB. Tampilkan semua postingan

MACAM-MACAM NAFSU



Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 tingkatan yang dikenal dengan istilah “marotibun- nafsi”. Tempat-tempat dimana nafsu ini bersemayam dalam dunia sufi biasa dinamakan sebagai “lathifah”, yaitu sebuah titik halus dalam diri kita yang keberadaannya tersebar.
Berikut penjelasan beliau tentang nafsu, tempat dan tentara-tentaranya:

(1) Nafsu Ammaaroh
Nafsu ammaroh tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit
2. Al-Hirsh artinya tamak atau rakus
3. Al-Hasad artinya hasud
4. Al-Jahl artinya bodoh
5. Al-Kibr artinya sombong
6. Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi

(2) Nafsu Lawwamah
Nafsu lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati, tepatnya dua jari di bawah susu kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Laum artinya mencela
2. Al-Hawa artinya bersenang-senang
3. Al-Makr artinya menipu
4. Al-’Ujb artinya bangga diri
5. Al-Ghibah artinya mengumpat
6. Ar-Riya’ artinya pamer amal
7. Az-Zhulm artinya zalim
8. Al-Kidzb artinya dusta
9. Al-ghoflah artinya lupa

(3) Nafsu Mulhimah
Nafsu mulhimah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya dua jari di bawah susu kanan. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. As-Sakhowah artinya murah hati
2. Al-Qona’ah artinya merasa cukup
3. Al-Hilm artinya murah hati
4. At-Tawadhu’ artinya rendah hati
5. At-Taubat artinya taubat atau kembali kepada Alloh
6. As-Shobr artinya sabar
7. At-Tahammul artinya bertanggung jawab

(4) Nafsu Muthmainnah
Nafsu muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” artinya rahasia, tepatnya dua jari dari samping susu kiri kea rah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Juud artinya dermawan
2. At-Tawakkul artinya berserah diri
3. Al-Ibadah artinya ibadah
4. Asy-Syukr artinya syukur atau berterima kasih
5. Ar-Ridho artinya rido
6. Al-Khosyah artinya takut akan melanggar larangan

(5) Nafsu Rodhiyah
Nafsu rhodiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr” artinya sangat rahasia, tepatnya di jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Karom artinya
2. Az-Zuhd artinya zuhud atau meninggalkan keduniawian
3. Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih
4. Al-Waro’ artinya meninggalkan syubhat
5. Ar-Riyadhoh artinya latihan diri
6. Al-Wafa’ artinya tepat janji

(6) Nafsu Mardhiyah
Nafsu mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya samar, tepatnya dua jari dari samping susu kanan ke tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Husnul Khuluq artinya baik akhlak
2. Tarku maa siwalloh artinya meninggalkan selain Alloh
3. Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada makhluk
4. Hamluhum ‘ala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan
5. Shofhu ‘an dzunubihim artinya mema’afkan kesalahan makhluk
6. Al-Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim ila anwari arwahihim artinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.

(7) Nafsu Kamilah
Nafsu kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya sangat samar, tepatnya di tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Ilmul-yaqiin
2. Ainul-yaqiin
3. Haqqul-yaqiin


Dan tidak ada jalan yang terbaik untuk membersihkan segenap nafsu ini selain dzikr. Oleh karena itu, para ulama thoriqoh mengajarkan metode dzikir terutama dzikir nafi itsbat (laa ilaaha illalloh) yang tekniknya mengatur aliran dzikir ke seluruh lathifah-lathifah.

Niat Shalat Jama' Qashar





NIAT QASHAR DAN JAMA’ TA’KHIR

1. نَوَيْتُ تَأْخِيْرَ الظُّهْرِ إِلَى الْعَصْرِ
Aku niat mengakhirkan shalat dhuhur ke dalam waktu ashar
2. نَوَيْتُ تَأْخِيْرَ الْمَغْرِبِ إِلَى الْعِشَاءِ
Aku niat mengakhirkan shalat magrib ke dalam waktu ashar
3. أُصَلِّي فَرْضَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ مُؤَخَّرًا قَصْرًا لِلهِ تَعَالَى
Aku niat shalat fardlu dhuhur 2 raka’at yang diakhirkan yang dikurangi, karena Allah yang maha luhur
4. أُصَلِّى فَرْضَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا لِلهِ تَعَالَى
Aku niat shalat fardlu ashar 2 raka’at karena Allah yang maha luhur
5. أُصَلِّى فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُؤَخَّرًا لِلهِ تَعَالَى
Aku niat shalat fardlu magrib 3 raka’at yang diakhirkan  karena Allah yang maha luhur
6. أُصَلِّى فَرْضَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا لِلهِ تَعَالَى
Aku niat shalat fardlu ‘isya 2 raka’at yang dikurangi karena Allah
NIAT QASHAR DAN JAMA’ TAQDIM
1. أُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا مَعَ الْعَصْرِ قَصْرًا لِلهِ تَعَالَى
Aku niat shalat fardlu dhuhur 2 raka’at yang digabung dengan shalat ashar yang dikurangi, karena Allah yang maha luhur
2. أُصَلِّى فَرْضَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ مُقَدَّمًا قَصْرًا لِلهِ تَعَالَى              
Aku niat shalat fardlu ashar 2 rakaat yang dimajukan yang dikurangi karena Allah
3. أُصَلِّى فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا مَعَ الْعِشَاءِ لِلهِ تَعَالَى
Aku niat shalat fardlu magrib 3 raka’at yang digabung dengan shalat isya’ yang dikurangi, karena Allah yang maha luhur
4. أُصَلِّى فَرْضَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ مُقَدَّمًا قَصْرًا لِلهِ تَعَالَى
Aku niat shalat fardlu isya’  2 rakaat yang dimajukan yang dikurangi karena Allah

Asmaul Husna


أسماء الحسنى

بِـسْـمِ اللهِ بَـدَأْنَـا
وَالْحَمْدُ لِرَبِّنَا
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
لِلنَّبِيِّ حَبِيْبِنَا
يَـا أَللهُ يَـارَبَّنَـا
أَنْتَ مَقْصُوْدُنَا
رِضَاكَ مَطْلُوْبُنَا
دُنْيَانَا وَأُخْرَانَا
يَارَحْمَنُ يَارَحِيْمُ
يَا مَلِكُ يَاقُدُّوْسُ
يَاسَلاَمُ يَا مُؤْمِنُ
يَامُهَيْمِنُ يَاعَزِيْزُ
يَاجَـبَّارُ مُتَـكَبِّرُ
يَاخَالِقُ يَابَارِئُ
يَا مُصَوِرُ يَاغَفَّارُ
يَاقَهَّارُ يَاوَهَّابُ
يَارَزَّاقُ يَافَـتَّاحُ
يَاعَلِيْمُ يَاقَابِضُ
يَابَاسِطُ يَاخَافِضُ
يَارَافِعُ يَامُعِزُّ
يَامُـذِلُّ يَاسَمِـيْعُ
يَابَصِيْرُ يَاحَكَمُ
يَاعَـدْلُ يَالَطِيْفُ
يَاخَبِيْرُ يَاحَلِيْمُ
يَاعَـظِيْمُ يَاغَفُوْرُ
يَاشَكُوْرُ يَاعَلِيُّ
يَاكَـبِيْرُ يَاحَفِيْظُ
يَامُقِيْتُ يَاحَسِيْبُ
يَاجَـلِيْلُ يَاكَرِيْمُ
يَارَقِيْبُ يَامُجِيْبُ
يَاوَاسِعُ يَاحَكِيْمُ
يَاوَدُوْدُ يَامَجِيْدُ
يَاقَـوِيُّ يَامَتِـيْنُ
يَاوَلِيُّ يَاحَمِيْدُ
يَامُحْصِيْ يَامَبْدَأُ
يَامُعِيْدُ يَامُحْيِ
يَامُـمِيْتُ يَاحَيُّ
يَاقَيُّوْمُ يَاوَاحِدُ
يَامَاجِدُ يَاوَاحِدُ
يَاأَحَـدُ يَاصَمَدُ
يَاقَادِرُ يَامُـقْتَدِرُ
يَامُقَدِّمُ يَامُؤَخِّرُ
يَـاأَوَّلُ يَـاأَخِـرُ
يَاظَاهِرُ يَابَاطِنُ
يَـاوَالِيُّ مُتَعَالِيْ
يَابَـرُّ يَاتَوَّابُ
يَامُنْـتَقِمُ يَاعَـفْوُ
يَارَؤُوْفُ يَامَالِكُ
مَـالِـكَ الْمُـلْكِ
ذَالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
يَامُقْسِطُ يَاجَامِعُ
يَاغَنِيُّ يَامُغْنِيَّ
يَامَـانِعُ يَاضَارُّ
يَانَـافِعُ يَانُـوْرُ
يَاهَدِيْ يَا بَدِيْعُ
يَابَاقِيْ يَاوَارِثُ
يَارَشِيْدُ يَاصَبُوْرُ
عَزَّ جَلَّ ذِكْرُهُ
الدعاء
بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى
إِغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا
وَلِوَالِدِيْنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا
كَفِّرْ عَنَّا سَيِّأَتِنَا
وَاسْتُرْ عَلَى عُيُوْبِنَا
وَاجْبُرْ عَلَى نُقْصَانِنَا
وَارْفَعْ دَرَجَاتِنَا
وَزِدْنَا عِلْمًا نَافِعًا
وَرِزْقًا وَاسِعًا
حَلاَلاً طَيِّبًا
وَعَمَلاً صَالِحًا
وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا
وَيَسِّرْ أُمُوْرَنَا
وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا
دَائِمَ حَيَاتِنَا
إِلَى الْخَيْرِ قَرِّبْنَا
عَنِ الشَّرِّ بَاعِدْنَا
وَالْقُرْبَا رَجَاؤُنَا
أَخِيْرًا نِلْنَا الْمُنَى
بَلِّغْ مَقَاصِدَنَا
وَاقْضِ حَوَائِجَنَا
وَالْحَمْدُ لِإِلَهَنَا
اَلَّذِيْ هَدَانَا
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
طَهَ خَلِيْلِ الرَّحْمَنِ
وَأَلِهِ وَصَحْبِهِ
إِلَى أَخِرِ الزَّمَانِ

TANDA-TANDA KIAMAT

Hudzaifah bin As-yad al-Ghifary
berkata, sewaktu kami sedang
berbincang, tiba-tiba datang Nabi
Muhammad s.a.w. kepada kami
lalu bertanya, "Apakah yang kamu
semua sedang bincangkan.?"Lalu
kami menjawab, "Kami sedang
membincangkan tentang hari
Kiamat." Sabda Rasulullah s.a.w.
"Sesungguhnya kiamat itu tidak
akan terjadi sebelum kamu melihat
sepuluh tanda :-
· Asap
· Dajjal
· Binatang melata di bumi
· Terbitnya matahari sebelah
barat
· Turunnya Nabi Isa a.s.
· Keluarnya Yakjuj dan Makjuj
· Gerhana di timur
· Gerhana di barat
· Gerhana di jazirah Arab
· Keluarnya api dari kota Yaman
menghalau manusia ke tempat
pengiringan mereka.
Dajjal maksudnya ialah bahaya
besar yang tidak ada bahaya
sepertinya sejak Nabi Adam a.s.
sampai hari kiamat. Dajjal boleh
membuat apa sahaja perkara-
perkara yang luar biasa. Dia akan
mendakwa dirinya Tuhan, sebelah
matanya buta dan di antara kedua
matanya tertulis perkataan 'Ini
adalah orang kafir'.
Asap akan memenuhi timur dan
barat, ia akan berlaku selama 40
hari. Apabila orang yang beriman
terkena asap itu, ia akan bersin
seperti terkena selsema, sementara
orang kafir pula keadaannya seperti
orang mabuk, asap akan keluar dari
hidung, telinga dan dubur mereka.
Binatang melata yang dikenali
sebagai Dabatul Ard ini akan keluar
di kota Mekah dekat gunung Shafa,
ia akan berbicara dengan kata-kata
yang fasih dan jelas. Dabatul Ard
ini akan membawa tongkat Nabi
Musa a.s.dan cincin Nabi Sulaiman
a.s.
Apabila binatang ini memukulkan
tongkatnya ke dahi orang yang
beriman, maka akan tertulislah di
dahi orang itu 'Ini adalah orang
yang beriman'. Apabila tongkat itu
dipukul ke dahi orang yang kafir,
maka akan tertulislah 'Ini adalah
orang kafir'.
Turunnya Nabi Isa. a.s. di negeri
Syam di menara putih, beliau akan
membunuh dajjal. Kemudian Nabi
Isa a.s. akan menjalankan syariat
Nabi Muhammad s.a.w.
Yakjuj dan Makjuj pula akan keluar,
mereka ini merupakan dua
golongan. Satu golongan kecil dan
satu lagi golongan besar. Yakjuj dan
Makjuj itu kini berada di belakang
bendungan yang dibangunkan oleh
Iskandar Zulqarnain. Apabila
keluarnya mereka ini, bilangannya
tidak terhitung banyaknya, sehingga
kalau air laut Thahatiah diminum
nescaya tidak akan tinggal walau
pun setitik.
Nabi Muhammad s.a.w. telah
bersabda, " Hari kiamat itu
mempunyai tanda, bermulanya
dengan tidak laris jualan di
pasar, sedikit sahaja hujan dan
begitu juga dengan tumbuh-
tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi
di merata-rata, memakan riba,
banyaknya anak-anak zina,
orang kaya diagung-agungkan,
orang-orang fasik akan bersuara
lantang di masjid, para ahli
mungkar lebih banyak menonjol
dari ahli haq"
Berkata Ali bin Abi Talib, Akan
datang di suatu masa di mana Islam
itu hanya akan tinggal namanya
sahaja, agama hanya bentuk sahaja,
Al-Quran hanya dijadikan bacaan
sahaja, mereka mendirikan masjid,
sedangkan masjid itu sunyi dari
zikir menyebut Asma Allah. Orang-
orang yang paling buruk pada
zaman itu ialah para ulama, dari
mereka akan timbul fitnah dan
fitnah itu akan kembali kepada
mereka juga. Dan kesemua yang
tersebut adalah tanda-tanda hari
kiamat."
Sabda Nabi Muhammad s.a.w. ,
"Apabila harta orang kafir yang
dihalalkan tanpa perang yang
dijadikan pembahagian bergilir,
amanat dijadikan seperti harta
rampasan, zakat dijadikan
seperti pinjaman, belajar lain
daripada agama, orang lelaki
taat kepada isterinya,
menderhakai ibunya, lebih rapat
dengan teman dan menjauhkan
ayahnya, suara-suara lantang
dalam masjid, pemimpin kaum
dipilih dari orang yang fasik,
oarng dimuliakan kerana
ditakuti akan tindakan jahat dan
aniayanya dan bukan kerana
takutkan Allah, maka kesemua
itu adalah tanda-tanda kiamat.

GHIBAH

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam bersabda,“Tahukah kalian apa itu ghibah?”
Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya lebih tahu.”
Kemudian beliau shallahu’alaihi wasallam
bersabda, “Engkau menyebut-nyebut
saudaramu tentang sesuatu yang ia
benci.”
Kemudian ada yang bertanya, “Bagaimana
menurutmu jika sesuatu yang aku sebutkan
tersebut nyata-nyata apa pada saudaraku?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab , “Jika memang apa yang engkau
ceritakan tersebut ada pada dirinya itulah
yang namanya ghibah, namun jika tidak
berarti engkau telah berdusta atas
namanya.” (HR Muslim 2589 Bab: Al-Bir
Wash Shilah Wal Adab)
Pelajaran Penting
Syaikh Abdullah al Bassam rahimahullah
dalam kitab beliau Taudhihul Ahkam Min
Bulughil Maram(IV/599, Kairo) menjelaskan
poin-poin penting yang bisa diambil dari
hadits diatas:
Definisi Ghibah
Nabi shallallhu’alaihi wasallam menjelaskan
makna ghibah dengan menyebut-nyebut
saudaramu dengan sesuatu yang ia benci, baik
tentang fisiknya maupun sifat-sifatnya. Maka
setiap kalimat yang engkau ucapkan
sementara saudaramu membenci jika tahu
engkau mengatakan demikian maka itulah
ghibah. Baik dia orang tua maupun anak
muda, akan tetapi kadar dosa yang
ditanggung tiap orang berbeda-beda sesuai
dengan apa yang dia ucapkan meskipun pada
kenyataannya sifat tersebut ada pada dirinya.
Adapun jika sesuatu yagn engkau sebutkan
ternyata tidak ada pada diri saudaramu
berarti engkau telah melakukan dua kejelekan
sekaligus: ghibah dan buhtan (dusta) .
Nawawiy rahimahullah mengatakan, “Ghibah
berarti seseorang menyebut-nyebut sesuatu
yang dibenci saudaranya baik tentang
tubuhnya, agamanya, duniannya, jiwanya,
akhlaknya,hartanya, anak-anaknya,istri-
istrinya, pembantunya, gerakannya, mimik
bicarnya atau kemuraman wajahnya dan yang
lainnya yang bersifat mngejek baik dengan
ucapan maupun isyarat.”
Beliau rahimahullah melanjutkan, “Termasuk
ghibah adalah ucapan sindiran terhadap
perkataan para penulis (kitab) contohnya
kalimat: ‘Barangsiapa yang mengaku berilmu’
atau ucapan ‘sebagian orang yang mengaku
telah melakukan kebaikan’. Contoh yang lain
adalah perkataa berikut yang mereka
lontarkan sebagai sindiran, “Semoga Allah
mengampuni kami”, “Semoga Allah menerima
taubat kami”, “Kita memohon kepada Allah
keselamatan”.
Ibnul Mundzir rahimahullah berkata, “Sabda
Nabi shalallahu’alaihi wasalla,"engkau meneybut-nyebut saudaramu".ini
merupakan dalil bahwa larangan ghibah
hanya berlaku bagi sesama saudara (muslim)
tidak ada ghibah yang haram untuk orang
yahudi, nashrani dan semua agama yang
menyimpang, demikian juga orang yang
dikeluarkan dari islam (murtad) karena bid’ah
yang ia perbuat.”
Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Para
ulama telah sepakat bahwasanya ghibah
termasuk dosa besar . Mereka berdalil dengan
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan
kehormatan kalian adalah haram atas
(sesama) kalian”.( HR Muslim 3179, Syarh
Nawai ‘ala Muslim)
*Ghibah yang Diperbolehkan*
An-Nawawi rahimahullah setelah menjelaskan
makna ghibah beliau berkata, “Akan tetapi
ghibah itu diperbolehkan oleh syar’iat
pada enam perkara:
1. Kedzoliman, diperbolehkan bagi orang
yang terdzolimi menngadukan
kedzoliman kepada penguasa atau
hakim yang berkuasa yang memiliki
kekuatan untuk mengadili perbuatan
tersebut. Sehingga diperbolehkan
mengatakan,”Si Fulan telah mendzalimi
diriku”atau “Dia telah berbuat
demikian kepadaku.”
2. Meminta bantun untuk menghilangkan
kemungkaran dan mengembalikan
pelaku maksiat kepada kebenaran.
Maka seseorang diperbolehkan
mengatakan, “Fulan telah berbuat
demikian maka cegahlah dia!”
3. Meminta fatwa kepada mufti (pemberi
fatwa) dengan mengatakan:”Si
Fulan telah mendzolimi diriku atau
bapakku telah mendzalimi diriku atau
saudaraku atau suamiku, apa yang
pantas ia peroleh? Dan apa yang harus
saya perbuat agar terbebas darinya
dan mampu mencegah perbuatan
buruknya kepadaku?”
Atau ungkapan semisalnya. Hal ini
diperbolehkan karena ada kebutuhan.
Dan yang lebih baik hendaknya
pertanyaan tersebut diungkapkan
dengan ungkapan global, contohnya:
“Seseorang telah berbuat demikian
kepadaku” atau “Seorang suami telah
berbuat dzalim kepaada istrinya” atau
“Seorang anak telah berbuat demikian”
dan sebagainya.
Meskipun demkian menyebut nama
person tertentu diperbolehkan,
sebagaimana hadits Hindun ketika
beliau mengadukan (suaminya)kepada
Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam,
“Sesungguhnya Abu Sufyan adalah
orang yang sangat pelit.”(al-hadist)
4. Memperingatkan kaum muslimin dari
kejelekan, contohnya memperingatkan
kaum muslimin dari perowi-perowi
cacat supaya tidak diambil hadits
ataupun persaksian darinya,
memperingatkan dari para penulis
buku (yang penuh syubhat).
Menyebutkan kejelekan mereka
diperbolehkan secara ijma’ bahkan
terkadang hukumnya menjadi wajib
demi menjaga kemurnian syari’at.
5. Ghibah terhadap orang yang melakukan
kefasikan atau bid’ah secara terang-
terangnan seperti menggunjing orang
yang suka minum minuman keras,
melakukan perdagangan manusia,
menarik pajak dan perbuatan maksiat
lainnya. Diperbolehkan
menyebutkannya dalam rangka
menghindarkan masyarakat dari
kejelekannya.
6. Menyebut identitas seseorang yaitu
ketika seseorang telah kondang dengan
gelar tersebut. Seperti si buta, si
pincang, si buta lagi pendek, si buta
sebelah, si buntung maka
diperbolehkan menyebutkan nama-
nama tersebut sebagai identitas diri
seseorang. Hukumnya haram jika
digunakan untuk mencela dan
menyebut kekurangan orang lain.
Namun lebih baik jika tetap
menggunakan kata yang baik sebagai
panggilan, Allahu A’lam. ( Syarhun
Nawawi ‘ala Muslim , Hal.400).